Senin, 29 September 2014

Sekuntum Cinta di Tengah Dusta (Sinopsis)


                Inilah Pengantar untuk SEKUNTUM CINTA DI TENGAH DUSTA. Disini akan dijelaskan secara terang benderang, pokok-pokok bahasan yang tertuang di inti cerita. Kandita Ekaturangga sudah berhasil mendapatkan sekuntum cinta yang ada di hati Krishna Tritaksaka, meski dia mendapatinya dalam keadaan yang hampir layu, bahkan beberapa helai mahkota nya sudah berguguran, dan Kandita akan berusaha untuk memupuk kembali sekuntum cinta itu dengan ketulusan dari dalam hatinya, dan Kandita akan menyirami sekuntum cinta itu dengan pengorbanan dari jiwanya.
            Satu bulan berlalu sejak Krishna dan Kandita memutuskan untuk bertunangan. Pilihan yang tepat bagi Krishna, karena Krishna adalah orang yang ingin mencintai, dan Kandita adalah orang yang ingin dicintai. Krishna bukan tidak menyadari bahwa Kandita mencintai dirinya, dia hanya belum menyadari hal itu. Sama seperti kebanyakan penumpang KRL Ekonomi yang belum menyadari betapa pentingnya jika seluruh rangkaian KRL Ekonomi di transformasi menjadi kereta ber-AC.
            Kok jadi ngomongin kereta lagi sih? Pada intinya Krishna belum menyadarinya waktu itu. Tapi sekarang, Krishna sudah memahami betapa besar cinta Kandita kepadanya. Betapa Kandita ingin mendampinginya, dia pun tahu. Krishna sudah tidak lagi memikirkan Tiffany, gadis yang mengguncangkan hatinya dengan satu kejapan mata. Krishna juga sudah tidak lagi memikirkan Tania, yang telah memporakporandakan hatinya, kemudian meninggalkannya.
            Hatinya sudah tetap, jiwanya sudah mantap, dan pikirannya sudah bulat, untuk menjadikan Kandita sebagai istrinya, membangun keluarga bersama Kandita, menjadi pasangan suami-istri muda, memiliki dua anak yang lucu-lucu, yang bertumbuh besar, dan mereka akan menjadi tua bersama.
            Tapi apakah sekuntum cinta itu akan berada di tempat yang semestinya? Apakah sekuntum cinta itu akan berada di tempat yang aman? Apakah sekuntum cinta itu akan selalu berada di tengah-tengah ketulusan? Memang seharusnya begitu, supaya semua berjalan selaras. Tapi, tidak akan asik ceritanya jika semua berjalan sesuai dengan apa yang seharusnya.
            Para peneliti mengenal konsep Das Sein dan Das Sollen. Yang tertulis, dan yang terjadi pada kenyataan. Jika yang tertulis dan yang terjadi itu sama atau berjalan selaras, maka tidak ada masalah disitu; tidak ada yang perlu diperbincangkan. Tetapi jika kedua hal itu saling bersinggungan, tidak selaras, bersilangan, maka itulah yang harus dipelajari kenapa, dan bagaimana, serta apa yang membuat persilangan itu.
            Krishna dan Kandita akan berpisah, berpisah dalam arti secara fisik. Tubuh mereka lah yang berpisah, yang satu ke utara, yang lainnya ke selatan. Disinilah cinta diuji, seperti sebilah besi yang belum berarti apa-apa. Ketika dipanasi oleh bara api, batang besi itu akan membara, dan seseorang akan menempa nya, menjadi sebilah pedang tajam yang siap menebas apa pun yang mengganggu jalan pemiliknya. Begitupun cinta diantara mereka. Seperti seekor ulat bulu yang menjijikan, yang bersembunyi didalam kepompongnya, sampai waktu yang tidak ditentukan,
            Oh, iya. Di dalam cerita ini, akan sedikit menceritakan Marsha Adisti Dwiprahyangan, adiknya Kandita, sebagai apa? Pada intinya seru deh! Anissa, teman sekerja Krishna yang akan ditugaskan bersama dengan Krishna. 
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar